Senin, 01 Mei 2017

        #HelpfulPlace
 Rumah, yang Dirindukan Saat Bepergian

    Bagi saya sendiri rumah tidak hanya merupakan tempat tinggal, tetapi rumah juga harus bisa menjadi #helpfulplace. Helpful place dalam artian dapat membuat kita tenang, bahagia, bersemangat dan penuh energi positif. Selain itu rumah juga harus dapat membuat kita recharge untuk kembali menjalani rutinitas.
  Rumah seringkali mencerminkan kepribadian kita. Karena rumah adalah "wajah" dari mereka yang tinggal di dalamnya. Itulah mengapa bagi saya secara pribadi, tatanan rumah harus sesuai dengan diri kita. Saya lebih senang mendesain sendiri dan menata rumah yang saya tinggali, bukan menggunakan jasa desain interior. Tentunya untuk mendesain dan menata interior rumah, kita juga memerlukan inspirasi dan referensi. Ketika akan mendesain rumah dan interiornya banyak konsep yang belum terpikirkan sebelum mengunjungi Ace Hardware. Inspirasi dan referensi banyak saya dapatkan ketika mengunjungi Ace Hardware.          Konsep rumah selain harus menjadi tempat tinggal yang nyaman, juga harus mempunyai space yang dapat menampung apa yang menjadi hobi kita. Bagi saya tantangan dalam mendesain rumah adalah bagaimana memuat semua hobi kami dalam sebuah rumah mungil dengan porsi yang imbang dan tanpa mengurangi fungsinya.
         Menurut saya rumah tidak harus besar dan mewah tetapi rumah harus dapat menjadi #helpfulplace , tempat yang akan sangat kita rindukan ketika menjalani rutinitas dan bepergian.
Rumah tampak depan terlihat mungil



Dry garden mungil yang menghubungkan ruang tamu dengan ruang keluarga

Jangan lupakan detail penghijauan di dalam rumah

Dapur minimalis tanpa melupakan fungsinya

Dapur yang terhubung dengan ruang keluarga, agar tidak melewatkan saat-saat bercengkerama dengan keluarga saat memasak

Meja makan sekaligus rak buku, untuk menghemat ruang di dalam rumah tanpa mengurangi fungsinya

Menghadirkan suasana yang hangat di dalam ruang tamu mungil 
Tetap jangan lupakan detail penghijauan meskipun di laundry zone

Ruang keluarga sekaligus ruang menonton film mungil yang dilengkapi home theatre

Rabu, 29 Mei 2013

7 Tempat Wisata dalam "Round Gunung" Ternate



Ketika mendengar Ternate tentunya kita langsung terbayang eksotisme Indonesia Timur. Ternate merupakan sebuah pulau kecil, namun cukup mewakili keindahan alam serta budaya Indonesia Timur. Oleh karena Ternate merupakan sebuah pulau yang cukup kecil maka keliling pulau Ternate pun dapat ditempuh dalam sehari. Keliling pulau Ternate biasa disebut oleh masyarakat Ternate dengan istilah “round gunung”.

Dalam sekali "round gunung" di Ternate 6 tempat wisata yang cukup terjangkau untuk dikunjungi, antara lain:

1. Masjid Sultan Ternate

Masjid Sultan ternate merupakan tempat tujuan pertama saat "round gunung". Masjid tersebut cukup menggambarkan arsitektur Indonesia Timur. Berdasarkan informasi yang saya dapatkan, hanya lelaki yang biasa sholat di masjid tersebut. 

Di Halaman Masjid Sultan Ternate
2. Keraton Kesultanan Ternate

Kami memasuki halaman Keraton Kesultanan Ternate melalui pintu belakang. Ketika memasuki halaman Keraton, kami sempat melihat Sultan yang saat ini sedang menjabat. Untuk melihat-lihat dan mengetahui sejarah Keraton Kesultanan Ternate maka dapat meminta jasa guide yang memang sering berada di halaman Keraton. Di dalam bangunan Keraton pun banyak barang-barang peninggalan bersejarah yang memang sengaja dipajang menyerupai ruangan di museum. Barang-barang sejarah yang dipajang tersebut antara lain, jubah pemberian Raja Arab Saudi, kelapa kembar yang merupakan upeti Raja Sangir kepada Sultan Ternate pada tahun 1750, dan lain-lain.

Di Keraton tersebut juga disimpan Mahkota Sultan. Rambut pada mahkota tersebut konon meskipun telah berpuluh-puluh tahun tetap tumbuh, meskipun mahkota tidak dipakai. Di halaman depan Keraton setiap pagi selalu dilakukan pengibaran 3 bendera, sedangkan penurunan bendera dilakukan saat petang. Prosesi pengibaran dan penurunan pun selalu tepat dilakukan pada pukul 6 pagi dan 6 petang, baik pada saat panas ataupun badai.

Keraton Kesultanan Ternate Tampak Depan            


Di Dalam Keraton Kesultanan Ternate
Jubah Pemberian Raja Arab Saudi

3. Benteng Tolukko

Benteng Tolukko merupakan sebuah benteng yang ketika dilihat dari atas memiliki bentuk menyerupai alat kelamin pria. Di benteng tersebut kami hanya mampir untuk berfoto-foto sebentar karena saat itu sudah mulai gerimis.

Add caption
Benteng Tolukko Tampak Depan

4. Batu Angus

Batu Angus merupakan tempat wisata yang berisi batu-batu berwarna hitam yang besar-besar. Batu-batu tersebut merupakan hasil dari muntahan lahar dari gunung Gamalama berabad-abad lalu. Dari Batu Angus juga dapat terlihat laut lepas dan Pulau Hiri.

Batu Angus


Hamparan Batu Hitam di Batu Angus
Tempat Sampah di Batu Angus Disusun dari Batu
Pulau Hiri Tampak dari Batu Angus
5. Pantai Sulamadaha

Pantai Sulamadaha merupakan pantai yang di bagian depannya terdapat jajaran warung yang menjual air guraka dan pisang mulut bebek. Air guraka merupakan minuman jahe yang dicampur susu dan disajikan hangat, biasanya juga ditaburi kenari atau kacang. Sedangkan pisang mulut bebek merupakan pisang goreng yang dimakan dengan sambal.

Sebenarnya di pantai Sulamadaha juga terdapat Sulamadaha Hall, yang merupakan spot diving atau snorkeling yang sangat bagus. Namun berhubung pada saat menikmati air guraka dan pisang mulut bebek tiba-tiba hujan, maka sayang sekali kami belum menjajal keindahan Sulamadaha Hall.

Pantai Sulamadaha
6. Danau Tolire

Danau Tolire merupakan sebuah danau besar dengan latar Gunung Gamalama. Pemandangan di danau ini tentunya cukup memikat. Saat itu air di danau Tolire berwarna hijau tua.

Danau Tolire terkenal dengan mitos jika melempar batu ke danau ini maka batu tersebut tidak akan jatuh ke dalam air danau. Tetapi sebenarnya ada teknik-teknik khusus agar batu dapat mencapai air danau, yaitu harus melempar batu dengan kekuatan penuh dan sangat jauh. Sampai saat ini kedalaman danau Tolire belum diketahui. Konon ada banyak benda logam semacam perhiasan yang banyak ditenggelamkan di danau Tolire. Selain itu, konon danau Tolire juga terdapat buaya putih. Namun hanya orang-orang tertentu yang dapat melihat buaya tersebut.

Danau Tolire dengan Backgroud Gunung Gamalama

7. Laguna

Tujuan terakhir dalam “round gunung” Ternate kali ini adalah sebuah laguna. Laguna tersebut biasanya terlihat dari pesawat saat akan landing di bandara Sultan Baabullah. Namun kami hanya melihat Laguna tersebut dari atas. Pemandangan Laguna dari atas justru sangat indah seperti yang tergambar pada lembar uang seribuan lama, yang juga memperlihatkan Pulau Maitara. Suasana sore di Laguna tersebut cukup tenang dan syahdu.

Pulau Maitara Tampak dari Laguna




Senin, 29 Oktober 2012

Potret Anak di Pelosok Indonesia Timur

"Jangan Buang Sampah di Tempatku Bermain"



"Bahagiaku Sederhana seperti Apa yang Aku Mainkan Setiap Hari"



"Masih Bisakah Kami Sekolah Besok?"



 "Aku Ingin Cepat Besar"



"Sore yang Indah untuk Duduk di Tepi Dermaga"



"Periksa Gigi deng Ibu Dok!"



"Tra Usah Pulang, Ibu Dok....!"



"Malam begitu cepat datang dan menyudahi waktu bermain Kami..."










"AMASING IS AMAZING" dalam Artikel Jawa Pos





Sabtu, 18 Februari 2012

Pendakian Lawu Jalur Cetho 1 Suro 2011

Gunung Lawu terkenal dibanjiri banyak pendaki ketika malam 1 Suro. Bertepatan dengan malam 1 Suro tahun 2011, saya bareng 3 teman saya berangkat naik gunung Lawu lewat jalur Cetho. Jalur Cetho cenderung jarang dilewati jika dibandingkan dengan jalur Cemoro Sewu dan Cemoro Kandang.

Kami berangkat dari Jogja sekitar jam 5 sore, dan sampai basecamp Cetho sudah malam. Kami cuma istirahat dan sholat sebentar, lalu langsung lanjut naik. Namun setelah jalan naik belum begitu jauh dari basecamp, kami memutuskan ngecamp dulu.


 Lokasi ngecamp pertama, sebelum Candi Kethek (Foto: doc. Lisa)


Keesokan paginya kami langsung lanjut naik lagi dengan melewati candi Kethek. Dan ketika melewati pos 1, kami baru tau kalau setiap malam 1 Suro, tim Sar Himalawu ada di setiap pos. Dan setiap melalui setiap pos, kami harus melapor dulu.


Dekat Candi Kethek (Foto: doc. Lisa)


Di pos 1, kami istirahat sebentar dan mendapat cerita kalau beberapa hari yang lalu ditemukan mayat perempuan tanpa identitas, dan cuma ada buku Yasin. Sepanjang perjalanan melalui jalur Cetho, kami tidak banyak bertemu dengan pendaki lain tapi banyak tim Sar. Karena para pendaki membanjiri gunung Lawu di malam 1 Suro melalui jalur Cemoro Sewu dan Cemoro Kandang.

Semak-semaknya udah mau nutup jalur (Foto: doc. Lisa)

Lalu, kami melanjutkan perjalanan hingga melalui setiap pos yang tentunya ada tim Sar yang berjaga. Setelah melalui pos 4 menuju pos 5, kami berjalan lebih lambat karena menunggu salah satu teman yang sudah hampir ngedrop.

Karena kami tidak segera sampai di pos 5 dan malam pun makin larut, maka tim Sar yang berjaga di pos 4 pun menyusul kami. Tim Sar khawatir kalau kami tersesat. Setelah menemukan kami, tim Sar membantu membawakan carrier kami agar kami bisa berjalan lebih cepat.

Ketika sampai di pos 5, ternyata dingin banget! Dan termometer tim Sar pun menunjukkan -5 derajat (pantes dingin banget). Kami pun bergegas mendirikan tenda. Pos 5 merupakan hamparan savana persimpangan antara jalur Cetho dan jalur Jagaraga. Lalu kami memasak, dan saking dinginnya makanan yang kami masak tidak kunjung matang, haha!

Tetapi langit di pos 5 sangat cerah, dengan bertaburan bintang yang tampak sangat besar, subhanallah!

Karena 2 orang dari kami (termasuk saya) memutuskan ikut naik ke puncak Hargodumilah bareng beberapa rombongan tim Sar, maka kami akhirnya cuma makan mie instan setengah matang, haha!

Ternyata dari pos 5 menuju ke puncak Hargodumilah, masih lumayan jauh. Perjalanan menuju Hargodalem dari pos 5 melalui Sendang Menjangan atau Tapak Menjangan.

Akhirnya sampai juga di pusat keramaian, yaitu Hargodalem. Di Hargodalem terdapat warung-warung, toilet umum, dan tenda-tenda para pendaki. Di Hargodalem pun kami termasuk beberapa tim Sar, menikmati teh anget dan soto dulu. Setelah itu kami melanjutkan perjalanan ke puncak Hargodumilah.

Hargodalem bareng beberapa tim Sar Himalawu (Foto: doc. Lisa)

Kami sampai di puncak Hargodumilah pada malam Suro sekitar jam 12an malam. Di puncak Hargodumilah luar biasa dingin, sampai bikin kepala pening. Akhirnya kali cuma foto-foto sebentar dan bergegas turun ke pos 5.

Saya dan Lisa di Puncak Hargodumilah 3265 mdpl (Foto: doc. Lisa)

Ketika berjalan turun menuju pos 5 pun saya seringkali berjalan sambil tidur, sumpah ngantuk banget! Akhirnya kami sampai di pos 5 sekitar jam 3 dini hari.

Keesokan harinya kami tentunya bangun kesiangan, hehe! Tetapi 1 teman kami ada yang melanjutkan naik ke puncak Hargodumilah, karena semalem nggak ikutan naik. Di pos 5 ini adalah saatnya kami gila foto-foto.

Pagi yang Cerah di Savana Pos 5 (Foto: doc. Lisa)


Jalur menuju Hargodalem dari arah Pos 5 (Foto: doc. Lisa)

Bareng Tim Sar Himalawu di Pos 5 (Foto: doc. Lisa)


Iseng-iseng pinjem toga temen dan dipakai foto-foto (Foto: doc. Lisa)


Pagi yang hangat di sekitar Pos 5 (Foto: doc. Lisa) 


Lokasi ngecamp di pos 5 (Foto: doc. Lisa)


Sebelum perjalanan turun tetep foto-foto dulu, hehe (Foto: doc. Lisa) 


Sendang Menjangan atau Tapak Menjangan, sebuah danau dangkal di hamparan savana (Foto: doc. Lisa)


Saya masih foto-foto memakai topi toga bareng Lisa (Foto: doc. Lisa)

Kami start turun baru sekitar jam 11 siang. Saat perjalanan turun saya pun cedera lutut kiri, akhirnya harus jalan pelan-pelan, hehe. Ketika perjalanan turun tepatnya diantara pos 2 dan pos 1, satu teman kali ada yang berjalan lebih dulu dan menghilang dari kami. Tetapi akhirnya dia dilaporkan sudah sampai di pos 1. padahal hampir saja tim Sar melakukan penyisiran, hehe! (Kami memang banyak merepotkan tim Sar ;p).

Ketika sampai di basecamp pun kami, ikut acara makan barenga tim Sar Himalawu. Terimakasih buat semua crew tim Sar Himalawu yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu. Tanpa bantuan kalian, kami jelas tidak mungkin muncak :).

Ikut makan-makan di dapur basecamp Tim Sar Himalawu (Foto: doc. Lisa)

NB: Banyak kisah sejarah Gunung Lawu yang kami dengar dari teman-teman tim Sar Himalawu, antara lain:

1. Konon malam 1 Suro adalah ulang tahun Gunung Lawu, maka di malam 1 Suro Gunung Lawu selalu cerah meskipun musim hujan (terbukti benar saat pendakian kami).

2. Konon jalur Cetho di Gunung Lawu seringkali digunakan untuk ritual, sehingga termasuk jalur yang jarang dilewati jika dibandingkan dengan jalur Cemoro Sewu dan Cemoro Kandang.

3. Di pos 5 jalur Cetho, konon seringkali terdengar suara pedang beradu atau suara berisik perang. Karena di lokasi ini, dahulu kala merupakan tempat perang pasukan kerajaan Demak yang mengejar Raden Brawijaya.

4. Diantara pos 4 dan 5 terdapat pohon cemara kembar, yang konon itu merupakan gerbang kraton.

Cemoro Kembar, konon adalah Gerbang Kraton (Foto: doc. Lisa)

Selain itu, juga ada cerita mistis dari teman-teman tim Sar Himalawu, antara lain:

1. Dekat dengan pos 3, tempat ditemukannya mayat wanita beberapa hari lalu, muncul sekelebatan putih (alhamdulillah bukan saya yang melihatnya).

2. Di pos 5, ketika teman-teman tim Sar sedang menghangatkan diri di dekat api unggun, tiba-tiba muncul 3 orang (bapak, ibu, dan anak kecil) dari jalur Jagaraga. Teman-teman tim Sar kaget, karena keluarga tersebut tiba-tiba ada dihadapan mereka dan menyapa. Keluarga tersebut bilang mereka naik lewat jalur Jagaraga malam itu. Tapi koq anehnya nggak pakai senter dan tiba-muncul. Keanehan lain adalah jarang juga anak kecil diajak naik gunung malam-malam buta. Tetapi keluarga tersebut langsung pamit untuk melanjutkan perjalanan ke puncak dan meninggalkan teman-teman tim Sar yang terbengong-bengong.