Senin, 12 September 2011

Pantai Jungwok


PANTAI JUNGWOK, MARET 2010
Pertama kali saya ke pantai Jungwok saat saya sedang demam pantai banget. Gimana nggak??dalam empat hari berturut-turut saya ke pantai yang berbeda-beda di daerah Gunung Kidul. Hari pertama ke pantai Ngobaran, pantai Nguyahan, dan pantai Ngrenehan. Hari kedua saya ke pantai Baron, pantai Kukup, pantai Krakal, Pantai Sepanjang, dan pantai Sundak. Hari ketiga saya ke pantai Drini. Hari keempat saya ke pantai Jungwok, puas deh hehe. Puas juga liat tan line saya yang berbatas tegas, haha. Saya ke pantai Jungwok bareng keempat teman saya, yaitu Ruri, Nono, Sisca, dan Revi dengan memakai mobil Ruri. Kami tau pantai Jungwok hasil dari googling gitu, dan berhubung kami belum pernah kesana dan tampaknya pantainya masih virgin, maka kami langsung kesana, hehe.
Pantai Jungwok terletak di sebelah timur pantai Wedi Ombo. Kendaraan hanya bisa dibawa sampai pantai Wedi Ombo. Setelah memarkir mobil di pantai Wedi Ombo, perjalanan dilanjutkan dengan trekking kearah timur pantai Wedi Ombo. Setelah trekking ±30 menit melewati ladang-ladang dan sawah penduduk, sampailah kami di pantai Jungwok. Sebenarnya kalau trekking dengan kecepatan normal (a.k.a tidak sering berhenti untuk istirahat) dapat ditempuh dalam waktu ±15 menit, tetapi karena saya sedang bepergian dengan orang-orang yang jarang trekking sehingga menghabiskan waktu 30 menit, hehe.

Foto 1. Jalur trekking menuju pantai Jungwok melewati sawah-sawah
Pantai Jungwok memang tidak terlalu besar, tapi menurut saya recommended untuk yang pengen ngerasain pantai pribadi, hehe. Sebaiknya kalau mau ke berkunjung ke pantai Jungwok lagi harus bawa bekal makanan, karena di pantai ini tidak ada satu pun penjual makanan dan minuman. Yang paling khas dari pantai Jungwok adalah tebing karang di tengah pantai yang dinamai “Watu Topi”, mungkin karena bentuknya menyerupai topi. Di pantai ini kami menghabiskan waktu berjam-jam dengan mengeksplor setiap sudut pantai Jungwok dan tentunya berfoto-foto, haha. Saat itu air sedang surut, sehingga kami dapat mengekplor pantai hingga agak ke tengah (kearah Watu Topi). Setelah berjam-jam di pantai ini kami kehausan dan kelaparan karena sama sekali tidak membawa bekal, akhirnya kami memutuskan untuk pulang dengan sisa tenaga yang ada (lebay!). Sesampainya di pantai Wedi Ombo kami langsung membeli minum di warung-warung yang ada di sepanjang pantai Wedi Ombo. Sebenarnya kami juga sangat lapar, tapi kami memutuskan untuk makan di pantai Siung yang terletak di sebelah barat pantai Wedi Ombo. Dari pantai Wedi Ombo menuju Pantai Siung dapat ditempuh menggunakan kendaraan dengan melalui jalan beraspal (±30 menit), meskipun jauh harus ke pantai Siung dulu untuk makan, tapi kami punya langganan warung makan disana, hehe. 

 Foto 2. Pantai Jungwok saat surut (sebelah kiri: Revi, tengah: saya, kanan: Sisca)


 Foto 3. Pasir putih pantai Jungwok (sebelah kiri: saya, tengah: Sisca, kanan: Nono)

Foto 4. Salah satu batu karang di pantai Jungwok

Foto 5. Batu-batu karang dan "Watu Topi" pantai Jungwok

Foto 6. "Watu topi" pantai Jungwok



PANTAI JUNGWOK, SEPTEMBER 2010

Setelah Lebaran tahun 2010, saya ke pantai Jungwok untuk kedua kalinya. Sebenarnya saya berencana ke pantai ini dengan teman-teman traveling saya yang tergabung dengan nama MaPaTuTi (hehe). Karena banyak yang nggak bisa, akhirnya kami ke pantai ini cuma berempat (saya, Ifa, Dika, Erry). Pantai ini bukan merupakan satu-satunya tujuan pada perjalanan kami, karena kami juga berencana mengunjungi museum Karst, dan Kalisuci yang juga terletak di Kabupaten Gunung Kidul. Kami memang berencana ngecamp di pantai ini, sehingga kami sudah membawa semua perlengkapan yang dibutuhkan.
Kami berangkat dari Jogja sudah sore, sehingga kami sampai di pantai Wedi Ombo setelah maghrib. Setelah sholat maghrib kami tetap lanjut trekking ke pantai Jungwok melalui ladang-ladang, tentunya dengan bantuan senter. Ketika ambir sampai pantai tersebut, kami mencari tempat yang dapat digunakan untuk mendirikan tenda. Akhirnya kami dapat tempat yang lumayan bagus untuk mendirikan tenda, yaitu disamping ladang jagung gitu. Dari tempat kami mendirikan tenda agak bau tahi sapi, tapi siapa yang mikir kalau di tempat yang tidak ada rumah penduduk itu bisa ada sapi. Setelah mendirikan tenda, kami makan malam (tanpa memasak, karena kami sudah beli nasi bungkus dari Jogja, hehe). Akhirnya malam itu pun kami habiskan dengan bercengkerama, bercanda-canda, sampai mendiskusikan masalah serius (huaaaa, merindukan moment seperti itu lagi). Saya ingat waktu itu saya memutuskan untuk tidur setelah jam 3.30 pagi, namun Ifa, Dika, Erry satu-persatu sudah tidur duluan. 


 Foto 7. Lokasi mendirikan tenda yang berdekatan dengan ladang (sebelah kiri: Ifa, tengah: saya, kanan: Erry)


Saya terbangun jam 4.30an pagi (ternyata saya cuma tidur sekitar 1 jam), lalu saya sholat subuh dan setelah itu membangunkan Ifa, Dika, Erry untuk sholat subuh (dan itu bukan pekerjaan yang mudah, haha). Ketika langit sudah terang, akhirnya terjawab sudah pertanyaan semalam “dimanakah ada sapi?”. Ternyata tidak jauh dari tempat kami mendirikan tenda, ada sebuah gubug kecil yang ada sapinya. Rupanya itu memang rumah salah penduduk, tetapi bukan rumah permanen, mungkin hanya rumah singgah gitu. Mungkin semalam kami memang tidak memperhatikan keberadaan gubug tersebut karena gelap gitu, jadi kami hanya fokus dengan jalan setapak yang kami lalui.
Kami berencana menikmati pantai Jungwok sampai jam 08.00 pagi saja, setelah itu kami harus sudah selesai packing dan start berangkat ke Museum Karst jam 09.00. 
 Foto 8. Pantai Jungwok saat pasang (sebelah kiri: Adel, tengah: Erry, kanan: Ifa)

Foto 9. Apa ya judulnya??? Dika lagi kebingungan di pantai (hahaha)

Saat pulang kami sempat melewati gubug yang ada sapinya, dan ternyata memang ada 2 penghuninya (suami-istri). Dua penghuni gubug tersebut merupakan penduduk asli desa dekat pantai Jungwok (tapi saya lupa nama desanya). Bapak dan ibu yang ada di gubug tersebut menawari kami untuk mampir, tapi mengingat kami masih ada tujuan lagi, kami pun menolak.

PANTAI JUNGWOK, NOVEMBER 2010
Meskipun bulan September 2010 saya baru saja ke pantai Jungwok, namun bulan November 2010 pun saya kesana lagi. Seharusnya ke pantai Jungwok pada bulan September itu bareng MapaTuTi gitu, tapi karena masih banyak yang belum pulang dari mudik, akhirnya cuma berempat. Akibatnya pada bulan November pun saya harus mengantar salah satu teman MapaTuTi, yaitu Sandhi yang waktu itu nggak ikut ke pantai Jungwok. Sandhi jadi pengen ke pante Jungwok karena memang dia suka pantai dan hasil iming-iming dari saya yang menceritakan bahwa pantai Jungwok ok banget, haha. Saya sih seneng-seneng aja kesana lagi, secara saya punya prinsip “lebih baik ke satu tempat berulang-ulang daripada tidak maen sama sekali”. Memang prinsip yang aneh ya, haha.
Saya Cuma berdua dengan Sandhi ke pantai Jungwok, tentunya dengan mengendarai motor. Kira-kira waktu itu berangkat dari Jogja pagi hari gitu. Sebelum berangkat, kami pun sarapan dulu di Jogja. Kami sampai di pantai Wediombo siang hari, dan kami pun langsung melanjutkan trekking ke pantai Jungwok. Sesampainya di pantai Jungwok, ternyata hanya kami berdua yang ada di pantai itu (yeyyy!!!). Seperti biasa Sandhi pun sibuk cibang-cibung di pantai. Ketika saya ke pantai ini bareng Sandhi, pantai sedang pasang. Sehingga saya mendapatkan kesan yang berbeda dari pantai ini, meskipun saya sudah pernah kesini. Sayangnya malam sebelumnya saya hampir sama sekali tidak tidur, akibatnya saya ngantuk berat. Saya pun mencari tempat teduh di pinggir pantai, dan saya menemukan tempat yang lumayan teduh dan bisa buat merebahkan badan saya. Dengan berbantalkan jaket pun saya mampu tertidur pulas, haha. Kalau udah ngantuk banget, beralaskan bumi dan beratapkan langit pun saya bisa tidur pulas, haha.
Ternyata saat saya sedang tidur, Sandhi memfoto-foto saya,,,huaaaahaha!. Setelah bangun tidur dan merasa badang sudah segar, saya bergabung dengan Sandhi cibang-cibung menikmati pantai Jungwok dengan ciri khas watu topinya itu. Setelah cibang-cibung dan foto-foto, kami pun merasa lapar. Akhirnya kami memutuskan untuk makan di pantai Siung. Kami pun bergegas pulang ke pantai Wediombo dulu untuk mengambil motor dan segera ke pantai Siung.
Sesampainya di pantai Siung, kami langsung menuju warung langganan kami. Kami makan nasi putih, sayur oseng, dan ikan goreng. Menurut saya masakan yang enak dari warung ini justru sayur osengnya, hehe. Makan siang pun terlambat menjadi makan sore. Saking laparnya saya pun sangat lahap menghabiskan porsi makanan yang lumayan banyak, bonus saya kelolotan duri ikan (haha). Sandhi pun menertawakan saya, karena duri ikan yang nyangkut di tenggorokan saya ternyata gede banget. Kalau nggak karena kelaparan, kan mustahil banget duri segede itu bisa ketelen, haha. Bayangkan, duri ikan itu cukup tebal dan kira-kira mempunyai panjang 3 cm (hahahaha). Tapi setelah menertawai saya habis-habisan, Sandhi pun menduduki sendok sampai patah!. Tentu saja gentian saya yang ketawa ngakak, hahahahaha.
Selain warung itu sayur osengnya enak, juga harganya relatif murah. Setelah kenyang dan membayar makanan yang telah kami makan, kami pun bergegas pulang ke Jogja. Sesampainya di Jogja, hari sudah gelap.
Menurut saya, yang istimewa dari pantai Jungwok adalah perjalanan ke pantai ini harus trekking terlebih dahulu, keistimewaan lainnya adalah karena pantai ini masih sangat sepi. Seringkali saya merasa akan mendapatkan pengalaman dan kesan yang berbeda, meskipun ke tempat yang sama berulang kali (^_^).