Saya bersama 5 teman (10-11/12/2011) mendaki Gunung Merapi. Karena pasca erupsi dan masih gencar-gencarnya lahar dingin, tentunya kami memilih jalur yang paling memungkinkan. Kami mendaki Merapi melalui jalur New Selo. Pendakian kali ini merupakan pendakian kedelapan buat saya.
New Selo (Foto: doc. Lisa)
Kami berangkat dari Yogyakarta sekitar jam 5 sore dan sampai di bascamp New Selo sudah cukup malam. Setelah menitipkan motor di basecamp pun kami langsung lanjut mendaki.
Jalur yang kami lalui hingga Patok 1 pun tampaknya tidak ada perubahan yang berarti. Dari basecamp hingga Patok 1 memang rasanya jauh sekali, apalagi dengan menggendong carrier yang berisi tenda dan perlengkapan lainnya. Akhirnya kami terus lanjut berjalan hingga sampai di Patok 2 sekitar pukul 03.00 WIB. Saya dan 1 teman sampai di Patok 2 terlebih dahulu, sehingga kami pun langsung bergegas mencari tempat untuk mendirikan tenda. Angin di Patok 2 luar biasa kencang dan dingin banget. Tentunya lumayan sulit untuk mendirikan tenda di tengah angin yang bertiup begitu kencangnya.
Bareng Lisa sebelum berangkat muncak di Patok 2 (Foto: doc. Lisa)
Keesokan harinya dari rombongan kami hanya 3 orang yang memutuskan lanjut ke puncak, termasuk saya. Jalur dari Patok 2 hingga Pasar Bubrah masih sewajarnya jalur pendakian gunung lain. Namun, setelah Pasar Bubrah jalurnya cukup "bubrah". Pasca erupsi yang menumpahkan berbagai material membuat jalur sangat susah dilalui, apalagi dengan kemiringan sekitar 80 derajat. Semua tempat yang dipijak serasa bergerak dan longsor. Seringkali kami harus merangkak atau ngesot.
Setelah 1 jam berada di tengah-tengah jalur dengan kemiringan sekitar 80 derajat. Kami baru tau dari pendaki lain bahwa jalur yang kami lalui ternyata salah. Akhirnya kami memutuskan untuk turun menuju Pasar Bubrah dan mencoba mencari jalur yang benar. Di tengah-tengah perjalanan turun, dari atas ada pendaki yang menginjak batu yang kemudian menggelinding ke bawah. Batu tersebut pun mengikutsertakan beberapa batu lain dan menggelinding ke arah kami. Kami pun langsung menyingkir dari jalur secepat mungkin. Hampir saja kami tertimpa batu-batu seukuran semangka.
Akhirnya karena hari sudah mulai siang, kami pun memutuskan langsung turun menuju Patok 2, menyusul teman kami yang lain. Ternyata beberapa hari yang lalu, katanya ada satu pendaki yang meninggal dunia karena kecelakaan di jalur setelah Pasar Bubrah. Sejauh ini, jalur pendakian Merapi setelah Pasar Bubrah merupakan jalur tersulit yang pernah saya lalui.
Ga bisa gerak di jalur setelah Pasar Bubrah (Foto: doc. Lisa)
Membentangkan sang Merah Putih di Pasar Bubrah (Foto: doc. Lisa)
Akhirnya kesampean pake jas dokter pas naek gunung (Foto: doc. Lisa)
Kabut mulain turun di Pasar Bubrah (Foto: doc. Lisa)
Bareng Lisa dan Irma di punggungan deket Patok 2 (Foto: doc. Lisa)
Saat perjalanan turun setelah Patok 2 pun lutut kiri saya yang cedera ketika mendaki gunung Lawu pada pendakian sebelumnya pun rasanya nyeri sekali. Tetapi kami hanya istirahat sebentar dan tetap melanjutkan perjalanan. Sekarang sepertinya lutut kiri saya sudah sembuh, tidak sabar menunggu pendakian selanjutnya.